IPMABAYO

Sabtu, 12 Juni 2010

Puisi Firda (Siswa Bawean)

“ C I N T A B U T A ”

Cinta itu buta
Cinta tak melihatn apa yang ia lakukan benar atau salah
Tuhan …
Inginku lari dari alunan cinta yang mesra
Yang membuat aku hanyut didalamnya
Hingga perasaan hina, gunda, gelisah, sering muncul pada diriku …
Aku takut
Aku takut
Aku takut tuhan
Hingga aku tak bisa mengontrol diriku lagi
Cinta penuh nafsu itu membuatku tersiksa
Aku benci tapi tak bisa menghindarinya
Karena sebenarnya aku lemah bagai bunga yang telah layu
Cinta telah membuatku gila dan tersiksa
Tuhan berikan aku anugerah dan petunjukmu
Hidarkan aku dari yang tercipta dari nafsu
Aku ingin cinta yang hadir
Atas dasar cintaku padamu …

* 1 (satu) Nama *

Tlah kumiliki satu nama dalam hatiku
Dan tlah kutemukan desah cinta dalam naluri jiwaku yang bergemuruh
Serta merta memanggil namamu
Sehingga ku terdampar di pelabuhan cinta dalam jiwamu
Yang pada akhirnya aku mengenalmu dalam cinta dan kerinduan
Dan hadirmu telah mengubah duniaku menjadi lebih indah dari sebelumnya
Kekosonganku menjadi lebih berfantasi karnamu
Haruskah aku katakana untukmu
Agar kau tahu
Tanpamu ku tak sanggup
Dan tanpamu ku tak berarti
Ini adalah naluri hatiku
Yang ku serahkan untukmu
Belahan jiwaku …

Medheng; Tradisi Bawean yang terabaikan

Oleh: Ainul Yakin*

Ketika penulis pulang kampung ke Bawean banyak pemuda-pemudinya sudah enggan untuk medheng (silaturrahim) walaupun ke rumah famili terdekat dan gurunya sendiri. Hari raya yang dulu dijadikan momentum saling maaf-memaafkan dan mempererat tali persaudaraan, sekarang sudah terganti dengan budaya baru sepeti rekreasi ke berbagai tempat wisata Bawean.

Bawean, sebagai pulau yang basis penduduknya hampir seratus persen pemeluk agama Islam, memiliki tradisi yang disebut medheng. Dilihat dari akar sejarahnya medheng merupakan tradisi Bawean yang dihasilkan dari asimilasi antara budaya Islam dengan tradisi setempat. Pada dasarnya antara medheng dengan budaya Islam (silaturrahim) di Bawean tidak bertentangan. Maka masyarakat Bawean menjadikan tradisi medheng sebagai salah satu kegiatan ritual tahuanan.
Padanan kata medheng dalam bahasa Indonesia lebih dekat pemaknaannya dengan kata silaturrahim. Walaupun kata silaturrahim dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa arab, tapi kata tersebut sudah di-indonesia-kan.
Tetapi arti operasionalnya antara kata medheng dan silaturrahim memiliki arti yang sedikit berbeda. Kata siaturrahim adalah kunjung-mengkunjungi antara satu dengan yang lain. Dan bisa dilakukan kapan saja tanpa terikat oleh momen tertentu. Sedangkan pengertian kata medheng dalam tradisi Bawean adalah kunjung-mengkunjungi antara satu dengan yang lain. Dan biasanya medheng dilakukan selama tujuh hari setelah hari raya, baik hari raya Idul fitri maupun Idul adha. Salah satu fungsinya untuk saling maaf-memaafan dan mempererat tali kekeluargaan serta persaudaraan. Bahkan, masyarakat Bawean pada saat medheng ada yang membawa kue dan makanan khas pada pelaksanaan hari raya. Dan hampir menjadi kewajiban bagi menantu untuk medheng kepada mertuanya.
Menurut H. Munir, salah satu tokoh sesepuh Bawean mengatakan bahwa, dulu setelah pelaksanaan hari raya, masyarakat Bawean medheng ke rumah tetangga dan familinya. Mereka memulai medheng kali pertama hari raya sampai hari ke tujuh. Hari pertama dan kedua medheng ke rumah tetangga dan famili terdekat, hari ketiga dan keempat ke rumah tetangga dan famili yang jauh baik di luar desa maupun di dalamnya. Hari kelima, keenam dan ketujuh medheng ke rumah famili yang jauh, baik famili dari jalur ayah maupun dari jalur ibu, termasuk juga ke rumah tokoh masyarakat seperti kiyai, kepala desa dan guru-guru ngaji.
Naifnya, tradisi medheng di Bawean yang dulu dilakukan selama tujuh hari setelah hari raya, sekarang dilakukan paling lama tiga hari. Bahkan kebanyakan masyarakat Bawean sekarang melakukan medheng hanya satu hari saja. Mereka medheng ke rumah sebagian tetangga dan famili terdekat. Sehingga menjadi fenomena yang tak terbantahkan bagi anak muda Bawean saat ini menjadi tidak mengenali familinya.
Ketika penulis pulang kampung ke Bawean banyak pemuda-pemudinya sudah enggan untuk medheng walaupun ke rumah famili terdekat dan gurunya sendiri. Hari raya yang dulu dijadikan momentum saling maaf-memaafkan dan mempererat tali persaudaraan, sekarang sudah terganti dengan budaya baru sepeti rekreasi ke berbagai tempat wisata Bawean. Dan kegiatan rekreasi ini sudah menjadi tradisi masyarakat Bawean pasca pelaksanaan hari raya.
Tujuh hari setelah pelaksanaan hari raya yang dulu digunakan medheng sekarang sudah hilang sama sekali diganti dengan budaya rekreasi. Pada hari tersebut biasanya mereka berbondong-bondong pergi ke tempat wisata. Terbukti dengan banyaknya pemuda-pemudi berpasang-pasangan ke tempat rekreasi. Masyarakat Bawean yang dulu menganggap kegiatan rekreasi sesuatu yang tabu sekarang sudah menjadi maklum.
Budaya baru ini terkesan berfoya-foya dan hedonis, seakan tidak berbeda dengan budaya barat yang jauh dari nilai-nilai budaya timur (keislaman). Budaya tersebut mampu menghapus tradisi lokal yang penuh kearifan (local wisdom) yang sudah lama mengakar dan mendarah daging di tubuh masyarakat Bawean.
Medheng dalam sudut pandang
Ada dua sudut pandang yang perlu dilakukan untuk melihat nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi medheng. Yaitu sudut pandang agama dan sosial.
Dalam sudut pandang agama, medheng memiliki nilai ritual sangat tinggi dalam pelaksanaan ibadah. Artinya medheng tidak hanya sebatas tradisi sebagai warisan nenek moyang yang menjadi rutinitas ritual tahunan. Tapi medheng juga merupakan perintah dan ajaran agama. Menjadi barang tentu terdapat nilai pahala bagi mereka yang melaksanakannya serta dosa/siksa bagi yang meninggalkannya.
Banyak sekali nash (al-Qur’an dan Hadist) yang memerintahkan dan menganjurkan medheng serta mengancam bagi yang meninggalkannya, yakni bagi mereka yang memutus tali hubungan persaudaraan. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat Muhammad ayat 22 dan 23.
Artinya; Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.

Abdul Jabbar salah satu sahabat nabi menceritakan dari sahabat Anas dalam kitab Shahih Muslim sebagai berikut:
“ Janganlah kalian saling memutus tali silatuttahim, saling memusuhi, saling membenci dan saling mendengki. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara (sesama muslim), serta tidak halal bagi orang muslim tidak akur dengan seaudaranya lebih dati tiga hari.

Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa menurut sudut pandang agama tradisi medheng (silaturrahim) merupakan kewajiban bagi setiap pribadi muslim. Didalamnya banyak mengendung keistimewaan seperti hadits yang mengatakan bahwa barang siapa yang menginginkan rizkinya luas, panjang umurnya maka dianjurkan untuk menjaga medheng (silaturrahim). Begitu juga sebaliknya bagi orang yang memutus medheng (silaturrahim) adalah dosa dan mendapatkan laknat dari Allah SWT.
Sedangkan dari sudut pandang sosial, tradisi medheng merupakan warisan nenek moyang masyarakat Bawean yang sarat dengan nilai kearifan yang bijaksana (local wisdom) sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi medheng di antaranya, nilai kebersamaan, kekeluargaan, kesatuan dan persatuan, solidaritas serta keagamaan. Nilai-nilai itulah seharusnya perlu dipertahankan oleh generasi anak muda Bawean dengan tetap melestarikan tradisi tersebut.
Secara sosiologis, medheng memiliki beberapa fungsi sosial. Di antaranya, pertama; sebagai alat pengendali konflik sosial. Masyarakat Bawean sebagai sebuah komunitas sosial sudah menjadi barang tentu akan adanya konlfik sosial antar individu atau antar kelompok. Maka medheng dapat dijadikan sebagai salah satu sarana/media untuk menyelesaikan konflik.
Kedua; nilai yang terkansung dalam tradisi medheng berfungsi sebagai dasar dalam melakukan tindakan sosial. Mengingat nilai-nilai yang sangat tinggi dalam tradisi medheng sebagaimana disebutkan di atas seperti kekeluargaan, kebersamaan dan seterusnya. Maka nilai-nilai tersebut seyogyanya tetap menjadi acuan dalam melakuakan tindakan sosial. Sehingga keteraturan dan keserasian sosial dalam masyarakat Bawean akan tetap terjaga.
Ketiga; medheng berfungsi sebagai alat pengawas pola tingkah laku. Dengan adanya tradisi medheng konflik sosial dalam masyarakat akan terawasi dan teratasi. Sehingga dengan tetap menjaga tradisi tersebut konflik sosial dapat diminimalisir dalam masyarakat.
Jadi, secara substansial tradisi medheng di Bawean baik dari sudut pandang agama maupun sosial memiliki nilai mulia dan bijaksana sebagai warisan nenek moyang yang patut dilestarikan. Oleh sebab itu masyarakat Bawean diharapkan mampu untuk mengembalikan tradisi medheng yang terbaikan. Akankah tradisi medheng lenyap dari bumi Bawean?.
*Mahasiswa Pasca Sarjana UNDAR Jombang dan Pemerhati Budaya Pulau.

























Nama : Ainul Yakin, S.HI.
Email : yakinainul74@yahoo.co.id
No HP : 085230753592

Surat-Surat

Nomor : 01/Sek-LA AOBE/I/2010
Lamp : -0-
Hal : Permohonan Wawancara

Kepada Yth,
Bapak Bupati Gresik
Di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Teriring doa kami panjatkan, mudah-mudahan kita semua mendapatkan rahmat dan hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita bisa mengemban tugas dan melaksanakan kewajiban setiap hari. Amin

Bersamaan dengan ini, dengan diterbitkannya majalah Sinergi edisi V Februari-April 2010, kami Tim Reporter majalah LA AOBE memohon kesempatan untuk mewawancarai Bapak dengan tema “Pilkada Gresik, Upaya Menjaring Figur Peduli Bawean.”

Demikian surat permohonan wawancara ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terimaksih.

Wassalmu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 15 Januari 2010
PENGURUS
MAJALAH LA AOBE


Abdul Khalid
Pimpinan Redaksi











Nomor : 02/Sek-LA AOBE/I/2010
Lamp : -0-
Hal : Permohonan Bantuan Dana

Kepada yang terhormat
Bapak__________________
Di tempata
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera kami Sampaikan, semoga kita semua mendapatkan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita bisa mengemban tugas dan kewajiban kita. amin

Sehubungan dengan akan terbitnya majalah LA AOBE edisi Februari-April 2010, maka kami pengurus majalah LA AOBE bermaksud memohon bantuan dana guna menutupi biaya produksi.

Demikian surat permohonan dana ini kami sampaikan dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Billahitaufiq walhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 15 Januari 2010
PENGURUS
MAJALAH LA AOBE



Abdul Khalid Muhyiddin
Pemimpin Redaksi Sekretaris

Outline Liputan Majalah LA AOBE

A. LAPORAN UTAMA
• Di laporan utama ini, LA AOBE akan mengupas tentang pilkada Gresik. Sejauh mana proses pilkada ini mampu menjadi ajang demokratisasi lokal. Tentu kita berharap pilkada berjalan dengan demokratis, jujur, adil dan tanpa ada kekerasan antarpendukung di akar rumput. Untuk mendukung pemberitaan ini perlu melakukan wawancara dengan lembaga penyelenggara pemilu, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU). Selain itu, juga perlu komentar dari berbagai sumber seperti LSM-LSM terkait, dan pengamat (akademisi). Akademisi ini bisa dari ilmuan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Negeri Surabaya, Universitas-universitas lain yang bisa diminta kometarnya. (Catatan: ini bisa menjadi satu atau dua judul)

• Penting juga mengupas tentang Gresik secara umum. Misalnya tentang sejarah. Ada gak catatan sejarah yang bisa menunjukkan kepada public kenapa bernama Gresik? Sejak kapan Gresik menjadi daerah mendiri (tahun kelahirannya)? Siapa bupati pertama Gresik? Kupas pula tentang Anggaran Belanja Daerah (ABD) dan Anggaran Pendapatan belanja Daerah (APBD). Apa pula sumber utama penyumbang APBD Gresik? (Ini bisa jadi satu judul.

• Harapan masyarakat terhadap cabup jika terpilih menjadi bupati, kususnya bagi kemajuan Gresik dan juga Bawean. Ini bisa minta komentar beragam tokoh, mulai mahasiswa, aktivis, LSM, cendikiawan, masyarakat, Ormas (NU, Muhammadiyah), dan sebagainya. (Ini bisa jadi satu judul).

• Jika memungkinkan wawancara dengan bupati Gresik, keberhasilan-keberhasilan apa yang telah dicapai selama dua periode menjabat (sepuluh tahun jadi bupati). Dan apa pula program-program yang dicanangkan namun belum sempat terealisasi. Apa harapan beliau kepada cabup jika terpilih menjadi bupati menggantikan dirinya? Tanyakan pula kenapa selama menjadi bupati tidak ada perubahan signifikan di Bawean? Apakah selama menjabat punya konsep untuk membangun Bawean? Tanyakan pula tentang regulasi masalah transportasi laut, PLN dan jalan lingkar Bawean. (Ini bisa jadi satu judul).

• Wawancara khusus terhadap cabup-cabup yang akan maju dalam pilkada. Kupas secara tuntas visi dan misi serta profil masing-masing cabup, mulai karier pendidikan, hobi dan kesukaan, jabatan yang pernah diduduki, dan juga motto. Apa yang mendasari atau memotifasi mereka ikut mencalonkan diri menjadi cabup? Partai-partai mana yang sudah menyatakan mendukung? Yakin mereka bisa menang dan bagaimana bisa memenangkan pilkada itu? Sumber pendanaan? Program-program seperti apa yang akan dilakukan jika terpilih? Kupas juga tentang misi dan visi mereka bagi Bawean, apa yang akan dilakukan untuk Bawean jika terpilih, bagaimana mereka menyelesaikan persoalan kapal, PLN, jalan lingkar, dan juga proses pembangunan di Bawean, yang penting lagi adalah apa tanggapan mereka jika Bawean jadi Kota Madya, dan lain sebagainya. (Ini bisa dimasukkan dalam rubric “Wawancara Khusus”).

B. LAPORAN KHUSUS
• Bawean Kota Madya
1. Pandangan tokoh tentang usulan Bawean sebagai kota madya?
2. Pandangan LSM serta masyarakat?
3. Kemungkinan (peluang) Bawean jadi kota madya?
4. Syarat administratif serta perangkat yang harus dipenuhi?
5. Kesiapan SDM dan SDA?

C. SUBJEK WAWANCARA
• Wawancara Laporan Utama
1. Bupati Gresik
2. KPU
3. 3 DPR Bawean
4. Surur, Zurkani (LSM)
5. Akademisi
6. Mahasiswa
7. Masyarakat
• Wawancara Laporan Khusus (Bawean Kota Madya)
1. Fauzi Rouf
2. Syarifuddin
3. DPR Bawean
4. BDC, BPG
5. Zamaahsyari A. Ramzah
6. Mahasiswa
7. Msayarakat Bawean
• Wawancara eksklusif (profil)
1. Bambang (PDIP)
2. Sambari (Golkar)
3. Khuluq (PKB)
4. Wahyudin
• Sosok
1. Zulfan
• Bisnis dan Usaha
1. Imam Bukhori

out line Topik “Menyambut Pilkada Gresik 2010”

I. Laporan Utama
A. Sekilas tentang Kabupaten Gresik
B. Proses demokratisasi di daerah
1. Pandangan tokoh terhadap proses Pilkada Gresik 2010
2. Pandangan LSM serta masyarakat terhadapa proses Pilkada Gresik 2010
C. Calon bupati Pilkada Gresik 2010 (wawancara eksklusif)
1. Visi dan misi calon bupati Pilkada Gresik 2010?
2. Proyeksi pembangunan daerah kedepan khususnya bawean?
3. Pandangan serta tawaran solusi para calon terhadap berbagai masalah yang menimpa Bawean seperti transportasi laut, udara, listri dan pembangunan Jalan lingkar?
4. Harapan masyarakat bagi para calon

II. Laporan Khusus
A. Bawean Kota Madya
1. Pandangan tokoh tentang usulan Bawean sebagai kota madya?
2. Pandangan LSM serta masyarakat?
3. Kemungkinan (peluang) Bawean jadi kota madya?
4. Syarat administratif serta perangkat yang harus dipenuhi?
5. Kesiapan SDM dan SDA?

III. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam liputan
1. Contac person yang akan di wawancarai
2. Surat tugas
3. Alat tulis
4. Alat perekam
5. Tor wawancara
6. Biaya transportasi

Proposal Majalah La Aobe

PROPOSAL
PENERBITAN
MAJALAH LA AOBE
Office : Jl. KH. Agus Salim No. 21 Yogyakarta HP : 085257669101 (Abdul Khalid) 0819891438 (Jangki Dausat)


A. LATAR BELAKANG
Majalah LA AOBE adalah media transformasi progresif yang menyuguhkan informasi aktual dan mendalam seputar ke-Bawean-an. Majalah ini diterbitkan oleh Departemen Pers dan penerbitan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Bawean Yogyakarta (IPMABAYO).
Majalah LA AOBE edisi V ini akan memfokuskan pada isu-isu yang berkembang di Gresik menjelang momentum pilkada. Momentum pilkada ini penting untuk kita angkat bukan semata-mata karena terkait proses demokrasi dan demokratisasi daerah, tetapi menyangkut masa depan Gresik lima tahun kedepan dengan terpilihnya pemimpin baru (bupati) hasil pilkada 2010.
Karena terkait dengan Gresik sebagai pusat pemerintahan, maka secara otomatis akan menyangkut masa depan Bawean juga, sebagai sebuah daerah yang berada dalam otoritas dan regulasi pemerintahan Gresik. Siapapun yang nantinya akan terpilih akan sangat berpengaruh bagi proses pembangunan di Bawean kedepan.
Karena itu, kita berharap para calon-calon yang akan maju dalam pilkada Gresik juga harus punya kepedulian yang tinggi, tulus, sungguh-sungguh terhadap Bawean. Selama ini, bupati Gresik kurang begitu mempedulikan Bawean. Amburadulnya persoalan ticketing kapal Bawean-Gresik atau Gresik-Bawean, armada kapal yang tidak layak, serta tidak adanya kapal yang secara kontinyu beroperasi, beberapa aspek krusial yang hingga kini belum tertangani oleh pemerintah Gresik.
Belum lagi masalah penerangan (listrik) dan jalan lingkar Bawean yang sudah tidak layak pakai karena aspal jalan yang rusak, menjadi potret buram bagi sebuah proses pembangunan yang gagal. Bertahun-tahun lamanya beberapa hal di atas tak tertangani dengan semestinya, bahkan terkesan dibiarkan.
Ini semua menjadi bukti bahwa pemerintah Gresik tidak punya master plan bagi proses pembangunan di Bawean, atau lebih ekstrimnya tidak punya kepedulian sama sekali terhadap masa depan Pulau Bawean.
Saatnya pilkada Gresik yang akan datang dijadikan momentum untuk mengurai beragam persoalan di atas itu. Melalui apa? Tentu saja adanya pemimpin (bupati) yang punya kepedulian tinggi terhadap masa depan Bawean.
Sangat pantas jika pilkada Gresik dijadikan berita utama bagi LA AOBE. Dengan mengangkat isu ini kita bisa mengukur sejauh mana kepedulian mereka terhadap Bawean, apa visi dan misi mereka untuk memajukan Bawean, dan bagaimana mereka bisa menyelesaikan beragam persoalan di atas?

B. VISI DAN MISI MAJALAH
Majalah LA AOBE bervisikan terwujudnya masyarakat yang demokratis, membumikan nilai-nilai plural, kesetaraan gender, supremasi sipil, terwujudnya masyarakat yang terstruktur, menghilangkan ketidakadilan, hegemoni, monopoli dan menebarkan suasana kebersamaan dan kedamaian.
Misi yang diemban oleh Majalah LA AOBE adalah mengkampanyekan masyarakat yang demokratis, anti-diskriminasi, kekerasan, penindasan, menjunjung tinggi pluralitas, kesetaraan hak asasi manusia, menyuarakan kepentingan masyarakat dan jurnalisme perdamaian melalui penerbitan majalah.

C. STRUKTUR KEREDAKSIAN
Struktur redaksi terdiri dari Penasehat yang bertugas untuk memberikan pengarahan serta masukan dalam proses penerbitan majalah, Penanggung Jawab yakni ketua IPMABAYO, Pemimpin Umum yang mengatur secara umum kerja-kerja lembaga, Pemimpin Redaksi yang mengatur persoalan penulisan dan sekretaris yang mengatur urusan administrasi.

Struktur Keredaksian
Penasehat : Keluarga Bawean Yogyakarta (KBY)
Penanggung Jawab : Jangki Dausat (Ketua IPMABAYO)
Pemimpin Umum : Dzikrullah
Pemimpin Redaksi : Abdul Khalid
Sekretaris : Muhyiddin Yamin
Editor Ahli : Andi Setiawan
Keuangan : Latifah
Redaktur Pelaksana : Syamsul Hadi, Haris Ar Rais, Abd. Basit, Nasrul
Redaktur Senior : Zamaahsari A Ramzah, Abd. Rahman Mawazi,
Badrut Tamam, Abd Rahma, A. Sukandar, Abd. Mujib Achmad Wasil, Zurkai, Mahfut, Irham, Ida Farida,
Amin Rauf, Abd. Razak, Musafir, A. Rafiq, M. Nur Anwar,
Eko Jatmiko, Fathur Rozi, Emil Salim, Muallifa, Ratna,
Nur Rosida, Mansur, Alfida Amalina, Emmang, Tahlid
Staf Redaksi : Alfian R. A, Dewi Mabruroh, Sa’ada,
Design Grafis/Lay Outer : Buchory, Halim
Perusahaan : Saiful Imron
Pemasaran dan Sirkulasi : Moh. Hazin, Nayla, Umar Faruq
Periklanan : Moh. Azlan syah, Nasrun
Reporter Dan Fotografer : Seluruh Kru LA AOBE yang mendapat rekomendasi
Koresponden : Abd. Latif (Bawean dan Gresik), Sururi (Bawean)
Ainul Yakin (Probolinggo), Ulhaq (Jember), Nurul Irfan (Surabaya), Ghofur (Malang), Saifuddin (Jakarta)

D. RUBRIKASI
Isi majalah atau rubrikasi yang ada di dalam majalah LA AOBE adalah:
NO JENIS RUBRIKASI KETERANGAN
1 LA AOBE Utama Rubrik ini merupakan laporan utama, memuat persoalan-persoalan actual di masyarakat
2 Wawancara Eksklusif Memuat pandangan tokoh terhadap kasus atau peristiwa
3 LA AOBE Khusus Memuat persoalan penting di masyarakat
4 Surat Pembaca Faucher berupa aspirasi pembaca
5 Opini Pendapat seseorang
6 Ekonomi Memuat persoalan-persoalan ekonomi
7 Agama Memuat tentang permasalahan di bidang agama
8 Lembar Budaya Berisi mengenai seni dan budaya
9 Hukum Memuat persoalan hukum dan kriminal
10 Ghinto Liputan sosok
11 Editorial Pandangan dan sikap lembaga terhadap suatu permasalahan
12 Kolom Pendapat yang ditulis oleh orang dalam menanggapi kasus yang diangkat
13 Resensi Ulasan tentang isi buku best seller
14 Rubrik Lain Rubrik yang disesuaikan dengan perkembangan dan aspirasi pembaca
Jumlah halaman untuk majalah adalah 60 plus cover.

E. DATA PENERBITAN
Data penerbitan majalah LA AOBE sebagai berikut:
NO KETENTUAN KETERANGAN
1. Ukuran Media A4 (21 X 29 cm)
2. Kertas HVS 80 gram
3 Isi Cover luar dan dalam + 64 halaman
4 Teknik Cetak Offset
5 Jumlah Cetak 1000 Eksemplar
6 Waktu Terbit 3 bulan sekali

F. SEGMEN PEMBACA MAJALAH LA AOBE
Segmentasi pasar majalah LA AOBE terdiri dari:
NO DISTRIBUSI % (PERSEN)
1 Masyarakat yang tinggal di Bawean 25%
2 Masyarakat Bawean yang tinggal di Jawa 25%
3 Mahasiswa Bawean 10%
4 Partai politik dan Ormas 10%
5 LSM 5%
6 Pemerintah Daerah di Gresik 5%
7 Masyarakat Bawean Singapore 5%
8 Masyarakat Bawean Malaysia 5%

G. PENDANAAN
Adapun sumber dana penerbitan majalah LA AOBE didapatkan dari:
1. Kas Majalah
2. Sumbangan Donatur
3. Iklan
4. Sumbangan yang tidak mengikat.

H. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat dengan sebenarnya. Atas kerjasama, partisipasi dan bantuan semua pihak kami ucapkan banyak terima kasih.
Yogyakarta, 15 Januari 2010

PENGURUS MAJALAH
LA AOBE
Pemimpin Redaksi Sekretaris




Abdul Khalid Muhyiddin Yamin


Lampiran I

KEBUTUHAN PENERBITAN
MAJALAH LA AOBE EDISI V FEBRUARI-APRIL 2010

NO PENGELUARAN SATUAN JUMLAH
1 Operasionalan Penerbitan
1. Investigasi Majalah
2. Uang lelah
a) Staf Redaksi
b) Pengurus Teras
c) Responden
3. Diskusi Redaksi

50.000,-/Orang X 20
20.000,-/Orang X 15
25.000,-/Orang X 5
25.000,-/Orang X 5
500.000

Rp 1.000.000,-
Rp 300.000,-
Rp 125.000,-
Rp 125.000,-
Rp 500.000,-
2 Dokumentasi
1. Flashdisk
2. Kaset
3. Batu Baterai
100.000,-/ Biji X 1
6.500,-/ Keping X 10
20.000,-/ Pak X 2
Rp 100.000,-
Rp 65.000,-
Rp 50.000,-
3 Cetak Majalah 7.000,- X 1000 Eks Rp 7.000.000,-
Total Rp 9. 265.000,-